MediaKontras.id | Apel Green Aceh (BEM) STIAPEN Nagan Raya dan Selamatkan Hutan Hujan mengadakan Kegiatan Diskusi dengan tema “Masa Depan Rawa Tripa dan Peran Mahasiswa Menjaga Warisan Alam untuk Generasi Mendatang” yang berlangsung pada Kamis, 19 Desember 2024, di Aula Kampus STIAPEN.
Rawa Tripa merupakan salah satu kawasan hutan gambut terbesar di dunia yang memiliki fungsi ekologis sangat penting dalam menjaga keseimbangan alam, termasuk menyerap karbon, mencegah banjir, dan menjaga keberagaman hayati. Namun, kawasan ini kini terancam akibat konversi lahan untuk kepentingan bisnis, pembukaan perkebunan, dan eksploitasi ilegal yang semakin merusak lingkungan. Oleh karena itu, diskusi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kawasan ini serta mendorong peran aktif mahasiswa dalam melestarikan alam untuk generasi mendatang.
Tiga pemateri yang hadir dalam diskusi tersebut, yaitu Andriansyah, Bantadiman, dan Rahmad Syukur, membahas berbagai aspek terkait pelestarian Rawa Tripa dan upaya yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk mendukung keberlanjutan lingkungan.
Andriansyah, sebagai pemateri pertama, mengawali diskusi dengan mengajak para peserta untuk melakukan refleksi diri dan menumbuhkan rasa ingin tahu tentang kondisi alam sekitar.
Andriansyah mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi Rawa Tripa yang semakin terancam. Ia mengatakan, “Hutan kita sudah telanjang dan hanya sedikit lagi yang tersisa, namun itu pun sedang diperebutkan oleh pihak-pihak yang ingin menguasai lahan secara ilegal.” Ia menegaskan bahwa generasi muda, terutama mahasiswa, memiliki peran yang sangat penting dalam menyelamatkan kawasan hutan ini dari kerusakan yang lebih parah.
Andriansyah juga mengingatkan peserta untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga menjadi aktor yang berperan aktif dalam upaya penyelamatan Rawa Tripa.
Bantadiman, sebagai pemateri kedua, menambahkan bahwa isu pelestarian Rawa Tripa bukanlah masalah lokal semata, tetapi juga merupakan isu global yang membutuhkan perhatian dari berbagai pihak. Ia mengatakan, “Isu lingkungan, khususnya Rawa Tripa, tidak hanya berpengaruh pada daerah Aceh, tetapi juga pada seluruh dunia. Oleh karena itu, kita semua harus ikut berperan dalam menjaga kawasan ini.” Bantadiman menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, organisasi masyarakat, dan mahasiswa untuk menciptakan gerakan bersama dalam menjaga alam. Ia juga menyampaikan bahwa Direktur Apel Green Aceh akan memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai langkah-langkah konkret yang bisa dilakukan untuk melestarikan Rawa Tripa dalam diskusi lanjutan.
Rahmad Syukur, pemateri ketiga, memberikan pemahaman lebih mendalam mengenai peran vital Rawa Tripa bagi keseimbangan alam. Rahmad menjelaskan bahwa Rawa Tripa bukan hanya sekadar hutan, tetapi juga berfungsi sebagai penyangga alam yang memiliki peran sangat penting dalam menyimpan air, mencegah bencana alam, serta menjaga keberagaman hayati.
“Rawa Tripa adalah jantung dunia yang menjaga keseimbangan ekosistem. Tanpa hutan ini, dampak dari perubahan iklim dan bencana alam seperti banjir akan semakin parah,” ujar Rahmad.
kerusakan hutan gambut ini tidak hanya berdampak pada lingkungan lokal, tetapi juga memiliki dampak global yang luas, termasuk meningkatnya emisi karbon dan terancamnya keberagaman hayati yang ada.
Diskusi ini menjadi sangat relevan mengingat kondisi Rawa Tripa yang semakin terancam oleh aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab. Acara ini mengingatkan semua peserta akan pentingnya peran mahasiswa dan masyarakat dalam menjaga kelestarian alam. Mahasiswa diharapkan tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga menjadi agen perubahan yang dapat menggerakkan masyarakat untuk bersama-sama menjaga hutan dan ekosistem Aceh yang kaya ini.
Sebagai penutup, Rahmad Syukur sekaligus direktur utama Yayasan Apel Green Aceh berharap diskusi ini dapat memotivasi mahasiswa untuk lebih peduli terhadap kelestarian Rawa Tripa dan kawasan hutan gambut lainnya.
Syukur juga mengajak semua pihak untuk terlibat aktif dalam aksi-aksi pelestarian alam, mulai dari tingkat individu hingga komunitas, demi memastikan bahwa warisan alam ini tetap terjaga untuk generasi mendatang. Diskusi ini juga menunjukkan bahwa peran mahasiswa sangat penting dalam membentuk kesadaran lingkungan yang lebih luas dan berdampak nyata bagi keberlanjutan hidup di masa depan.