Model PRITIA Jadi Sorotan, Konsep Pembangunan Aceh Berbasis Syariah Dibedah di USK

Model PRITIA Jadi Sorotan, Konsep Pembangunan Aceh Berbasis Syariah Dibedah di USK

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp MediaKontras.ID

Banda Aceh, MediaKontras.id | Konsep pembangunan Aceh berbasis syariat Islam yang ditawarkan melalui buku “Model PRITIA: Konsep Pembangunan Aceh yang Adil, Bermartabat, Sejahtera dan Berkelanjutan” karya Prof. Dr. Apridar, S.E., M.Si resmi dibedah di Balai Sidang Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala (USK), Kamis (4/9/2025).

Acara ini dihadiri akademisi, mahasiswa, praktisi ekonomi, dan perwakilan pemerintah daerah. Selain buku PRITIA, turut dibedah pula dua karya akademik lain, yakni Ekonomi Pedesaan Perspektif Perencanaan, Kebijakan & Strategi dan Implementasi karya Prof. Dr. Abd Jamal, S.E., M.Si serta Memahami Makroekonomi Melalui Data dan Fakta edisi kedua karya Prof. Dr. Nazamuddin, S.E., M.A.

Para pembahas dalam forum ini antara lain Dr. Muhammad Nasir, S.E., M.Si., M.A., Riswandi, S.E., M.Ec., Ph.D, dan Prof. Dr. Suryani, S.E., M.Si.

Prof. Apridar dalam paparannya menegaskan, Model PRITIA dibangun atas fondasi syariat Islam yang fleksibel dan berkelanjutan. “Aceh dengan komitmennya pada syariat Islam sudah sepantasnya memiliki model pembangunan sendiri, bukan sekadar mengadopsi model umum yang sering abai terhadap nilai-nilai dasar kita,” ujarnya.

Buku setebal lebih dari 500 halaman ini menghimpun lebih dari 90 artikel yang pernah dimuat di media nasional dan lokal. Menariknya, penulisan buku melibatkan seluruh anggota keluarga Prof. Apridar, termasuk istri dan keempat anaknya.

Dalam presentasinya, Apridar merinci lima pilar utama Model PRITIA:

1. Ekonomi syariah yang memberdayakan melalui zakat, infak, sedekah, dan wakaf produktif.

2. Optimalisasi sektor unggulan seperti pertanian, perkebunan, dan perikanan dengan pendekatan modern.

3. Pariwisata halal beridentitas yang mengedepankan nilai syariah.

4. Tata kelola bersih dan partisipatif lewat koperasi syariah, BUMDes, dan UMMI.

5. Penguatan SDM melalui sinergi pendidikan umum-agama dan riset perguruan tinggi.

Acara yang berlangsung hampir tiga jam itu berjalan interaktif. Peserta aktif berdiskusi dan memberikan tanggapan. Prof. Dr. Suryani menyebut gagasan PRITIA visioner. “Ini bukan sekadar wacana, tetapi sudah berupa roadmap. Tantangan kita adalah bagaimana mengubahnya menjadi kebijakan konkret dan aksi kolektif untuk Aceh,” katanya.

Ia menambahkan, inti dari PRITIA terletak pada pembangunan karakter manusia. “Jika karakter positif, maka teknologi, investasi, dan aset akan membawa kemajuan. Jika karakter negatif, stagnasi akan terjadi meski sumber daya melimpah,” tegasnya.

Bedah buku ini diharapkan menjadi pemantik diskusi lebih luas di masyarakat dan pemerintah daerah. Aceh, sebagai Serambi Mekkah, dinilai berpotensi menjadi contoh pembangunan yang memadukan kemakmuran ekonomi dengan martabat, keadilan, dan keberlanjutan berbasis nilai Islam.