MediaKontras.IDMediaKontras.ID
Search
15Des2025
  • Beranda
  • Agama
  • Edukasi
  • Hukum
  • Kriminal
  • Liputan Khusus
  • News
  • opini
  • Organisasi
  • Politik
  • Pemerintah
  • Sejarah
MediaKontras.IDMediaKontras.ID
Search
15Des2025
  • Beranda
  • Agama
  • Edukasi
  • Hukum
  • Kriminal
  • Liputan Khusus
  • News
  • opini
  • Organisasi
  • Politik
  • Pemerintah
  • Sejarah
MediaKontras.IDMediaKontras.ID
  • Beranda
  • Agama
  • Edukasi
  • Hukum
  • Kriminal
  • Liputan Khusus
  • News
  • opini
  • Organisasi
  • Politik
  • Pemerintah
  • Sejarah

MediaKontras.ID

/ opini

Opini: Kejahatan Negara dalam Kasus Banjir Sumatra 2025

  • Redaksi
  • - Senin, 15 Desember 2025 - 15:1 WIB

MediaKontras.ID

/ opini

Opini: Kejahatan Negara dalam Kasus Banjir Sumatra 2025

  • Redaksi
  • Senin, 15 Desember 2025 - 15:1 WIB

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp MediaKontras.ID

+ Gabung

Dr. Al Chaidar Abdurrahman Puteh

Dosen Antropologi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh

Kaukus Indonesia untuk Kebebasan Akademik (KIKA) menilai banjir yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra bukan semata bencana alam, melainkan akibat dari kebijakan anti sains dalam pengelolaan lingkungan. Politik bencana di Sumatra, khususnya banjir yang melanda wilayah tersebut, tidak dapat dipahami semata-mata sebagai fenomena alam yang terjadi secara kebetulan. Kajian yang dilakukan oleh KIKA menegaskan bahwa banjir ini merupakan konsekuensi dari kebijakan anti-sains yang diterapkan oleh negara, yang pada gilirannya mencerminkan sebuah bentuk politik afektif yang dikelola oleh negara untuk mengatur penderitaan rakyat demi kepentingan oligarki. Dalam konteks ini, teori Ann Laura Stoler sangat relevan untuk digunakan sebagai kerangka analisis yang mendalam.

Ann Laura Stoler, seorang antropolog politik terkemuka, memperkenalkan konsep “affective states” yang menegaskan bahwa negara tidak hanya beroperasi melalui hukum dan kebijakan formal, tetapi juga melalui pengelolaan emosi, rasa takut, dan penderitaan masyarakat. Negara menggunakan penderitaan sebagai alat untuk mengatur dan mengendalikan rakyatnya, menjadikan penderitaan tersebut sebagai sesuatu yang dianggap normal dan bahkan sebagai legitimasi untuk memperkuat kekuasaannya. Selain itu, Stoler juga mengemukakan konsep “imperial debris” yang menunjukkan bagaimana warisan kolonial tidak berhenti pada masa lalu, melainkan terus hidup dan memengaruhi kebijakan, infrastruktur, serta cara negara memperlakukan warganya hingga saat ini. Dalam kasus banjir di Sumatra, pola pembangunan sentralistik yang diwarisi dari kolonialisme menjadi contoh nyata dari imperial debris, di mana pusat pemerintahan mengabaikan pengetahuan lokal dan kondisi ekologi daerah, sehingga memperparah dampak bencana.

Lebih jauh lagi, Stoler menyoroti fenomena “epistemic violence” yang terjadi ketika pengetahuan ilmiah dan ekologis disingkirkan atau dimanipulasi demi kepentingan politik dan ekonomi. Kebijakan anti-sains yang diterapkan dalam pengelolaan lingkungan di Sumatra merupakan bentuk epistemic violence, di mana pengetahuan yang valid dan berbasis sains diabaikan demi melayani kepentingan oligarki yang menguasai sumber daya dan kekuasaan. Dengan demikian, banjir yang terjadi bukan hanya bencana alam, melainkan juga bencana politik yang dikelola oleh negara melalui mekanisme politik afektif yang mengatur penderitaan rakyat.

Sementara itu, teori Danilyn Rutherford tentang Leviathan memberikan perspektif tambahan yang penting untuk memahami dinamika kekuasaan negara dalam konteks ini. Rutherford menggunakan metafora

Leviathan untuk menggambarkan negara sebagai raksasa yang mengklaim kedaulatan penuh atas rakyatnya. Namun, Leviathan yang ada di Indonesia, khususnya di Aceh, menunjukkan paradoks yang mencolok meskipun negara berusaha tampil sebagai pelindung dan penguasa yang berdaulat, kenyataannya ia sering kali rapuh dan tidak mampu mengelola penderitaan rakyat secara efektif.

Leviathan bukan hanya sebuah mesin kekuasaan yang represif, tetapi juga sebuah proyek imajinatif di mana negara membentuk citra dirinya sebagai pelindung dan penyelamat. Namun, citra ini sering kali bertentangan dengan realitas di lapangan, di mana negara justru menjadi penyebab penderitaan melalui kebijakan yang mengabaikan otonomi daerah dan kondisi ekologis lokal. Di Aceh, misalnya, kebijakan pusat yang mengabaikan otonomi dan pengetahuan lokal telah menyebabkan banjir buatan yang merugikan masyarakat. Gugatan warga negara melalui _citizen lawsuit_ terhadap Presiden dan pejabat pusat merupakan bentuk perlawanan terhadap legitimasi Leviathan yang dipertanyakan, di mana negara yang seharusnya melindungi justru dianggap sebagai sumber penderitaan.

Paradoks Leviathan ini memperlihatkan bagaimana negara berusaha mengontrol narasi bencana dengan mengklaim bahwa banjir adalah fenomena alamiah, padahal kajian KIKA dan akademisi publik membongkar bahwa banjir tersebut adalah hasil dari kebijakan politik yang disengaja dan anti-sains. Dengan demikian, Leviathan di Aceh dan Sumatra bukanlah raksasa yang kuat dan berdaulat, melainkan raksasa yang rapuh dan paradoksal, yang kekuasaannya dipertanyakan oleh rakyat yang menderita.

Kesimpulannya, analisis politik bencana di Sumatra melalui lensa teori Ann Laura Stoler dan Danilyn Rutherford membuka pemahaman baru tentang bagaimana negara mengelola bencana bukan hanya sebagai fenomena alam, tetapi sebagai produk dari kebijakan politik yang mengabaikan sains dan pengetahuan lokal demi mempertahankan kekuasaan oligarki. Stoler membantu kita melihat bagaimana negara menggunakan politik afektif dan epistemic violence untuk menyingkirkan pengetahuan ilmiah dan mengelola penderitaan rakyat sebagai alat legitimasi kekuasaan. Sementara itu, Rutherford menyingkap paradoks Leviathan yang berusaha tampil sebagai pelindung, tetapi justru menunjukkan rapuhnya kedaulatan ketika rakyat menggugatnya.

Signifikansi analisis ini bagi Aceh sangat besar, karena banjir buatan pejabat pusat memperlihatkan bagaimana negara masih mengulang pola kolonial yang merusak ekosistem dan mengabaikan pengetahuan lokal, sehingga menempatkan rakyat sebagai korban dari proyek kekuasaan yang tidak adil. Pemahaman ini penting untuk memperkuat gugatan hukum dan advokasi publik yang menuntut akuntabilitas negara dan perlindungan hak-hak masyarakat lokal.

Dengan demikian, kajian ini tidak hanya relevan untuk analisis akademis, tetapi juga sebagai landasan bagi akademisi publik dan aktivis dalam menyusun kerangka argumentasi hukum-antropologis yang dapat digunakan dalam gugatan citizen lawsuit. Teori Stoler dan Rutherford memberikan alat konseptual yang kuat untuk menantang narasi resmi negara dan memperjuangkan keadilan ekologis dan sosial di Aceh dan Sumatra secara lebih luas.

Topik

opiniBanjir AcehOpini, Al Chaidar, Ilegal Login, Indonesia

Terkait

Tarmizi-Said Diantar pendukung Ikuti Tes Mampu Baca Al Qur’an

4 September 2024

Saat Warga Langkahan Membutuhkan, KPA Sagoe Tgk. Keuramat Hadir Membawa Bantuan

5 Desember 2025

Pemuda Aceh Soal Pengelolaan Lapangan Golf Seulawah Sorot Minimnya Transparansi

10 Mei 2025

Mualem: Tim Pemenangan Terus Bekerja dan Bergerak

22 Oktober 2024

Berita Terhangat

KPK Tetapkan Lima Tersangka Kasus Dugaan Suap Pengadaan Barang-jasa TA 2021-2023

23 Desember 2023

Eks Buruh PT.Cipta Kridatama Diduga Ada Malpraktik Terkait MCU Dari PT. AMM

1 Mei 2024

Polda Aceh Berhasil Ungkap Kasus Narkotika, 132 Bal Cimeng Siap Edar

2 Mei 2024

Dandim 0103/Aceh Utara Hadiri Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional

2 Mei 2024

Berita Kriminal

Polres Lhokseumawe Ringkus Eksekutor Berdarah Dingin di Jembatan Cot Kumbang

13 November 2025

Polisi Bekuk Dua Pelaku Pembobol Rumah di Gampong Daulat

20 Oktober 2025

Polisi Bekuk Pengedar Sabu, Amankan Barang Bukti 103,70 Gram

9 Oktober 2025

Bea Cukai dan Polri Gagalkan Peredaran 14 Kg Sabu di Langsa

11 September 2025

Terpopuler

View All
01
Langsa

DLH Langsa Berjibaku Bersihkan Sampah Banjir Mencapai 700 Ton per Hari

02
opini

Opini: Kejahatan Negara dalam Kasus Banjir Sumatra 2025

03
Organisasi

Pembentukan PII di Pasangkayu, PW PII Sulteng laksanakan Training di Ponpes Ashabul Kahfi

04
Pemerintah

Biskuit, Pelukan, dan Tawa: Malam Hangat Kak Na di Posko Banjir

05
Kesehatan

AGD 118 Salurkan Bantuan Kemanusiaan bagi Korban Banjir di Aceh

  • PT Kolega Kontras Media, Jl. Merdeka II – Simpang Kutablang, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe.
  • Phone: +62 823-0405-7148
  • redaksi@mediakontras.id

Ikuti Kami

X-twitter Whatsapp Instagram

Kanal

  • Beranda
  • Agama
  • Edukasi
  • Hukum
  • Kriminal
  • Liputan Khusus
  • News
  • opini
  • Organisasi
  • Politik
  • Pemerintah
  • Sejarah

Informasi

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Terms and Conditions

Copyright © 2024 PT Kolega Kontras Media. All rights reserved.

MediaKontras.IDMediaKontras.ID
  • Beranda
  • Agama
  • Edukasi
  • Hukum
  • Kriminal
  • Liputan Khusus
  • News
  • opini
  • Organisasi
  • Politik
  • Pemerintah
  • Sejarah