OPINI; Transformasi Ruang Publik di Aceh: Antara Modernitas & Budaya Lokal

OPINI; Transformasi Ruang Publik di Aceh: Antara Modernitas & Budaya Lokal

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp MediaKontras.ID

Ditulis oleh: YUNI SAFARA

Ruang publik merupakan elemen penting dalam kehidupan masyarakat, menjadi tempat interaksi sosial, rekreasi, dan berbagai aktivitas budaya. Di Aceh, transformasi ruang publik mencerminkan dinamika antara modernitas dan upaya melestarikan identitas budaya lokal.

Aceh, khususnya di Banda Aceh, telah mengalami transformasi ruang publik yang signifikan sejak masa pemulihan pasca-tsunami 2004, pembangunan ruang publik mulai diarahkan pada upaya rekonstruksi dan rehabilitasi. Ruang-ruang seperti Lapangan Blang Padang di Banda Aceh dan Taman Bustanussalatin direvitalisasi untuk menjadi simbol kebangkitan Aceh.

Corniche, Jeddah, Arab Saudi.

Evolusi Ruang Publik di Aceh.

Di Jeddah, ruang-ruang publik seperti taman kota dan alun-alun kehilangan nilai budaya lokalnya karena pendekatan perencanaan yang seragam dan terlalu berorientasi pada fungsionalitas. Ruang-ruang publik ini sering kali tidak digunakan secara maksimal oleh masyarakat karena tidak mencerminkan identitas atau memenuhi kebutuhan sosial mereka. Seperti halnya Jeddah, Aceh dapat mengambil pelajaran untuk mempertahankan nilai-nilai budaya lokal dalam perencanaan ruang publiknya. Misalnya, alih-alih membangun ruang publik yang semata-mata estetis atau fungsional, Aceh bisa merancang ruang-ruang yang mendukung kegiatan sosial dan budaya masyarakat.

Modernitas dalam Pembangunan Ruang Publik.


Pendekatan perencanaan kota di negera berkembang sering kali mengikuti standar internasional yang kurang mempertimbangkan budaya lokal dan pola sosial masyarakat. Hal ini bisa dilihat pada kawasan-kawasan baru yang dirancang dengan lebih tersegmentasi, membatasi interaksi antarwarga, serta kurang memberikan ruang untuk budaya lokal yang lebih terbuka dan inklusif. Perubahan tata kota yang terlalu berorientasi pada efisiensi lalu lintas dan kepentingan estetika modern justru dapat memicu keterasingan warga dari ruang publik. Di Aceh, masalah serupa muncul dengan pembangunan ruang publik yang mungkin terlihat modern, namun kurang memberi perhatian pada kebutuhan sosial masyarakat, misalnya kurangnya ruang terbuka hijau dan area yang mendukung kegiatan budaya lokal.

Baca Juga:  OPINI: Judi Online Merusak Tatanan Ekonomi Keluarga dan Negara


Pendekatan multidimensi dalam perencanaan ruang publik yang diterapkan di Jeddah mencakup berbagai aspek seperti persepsi sosial, nilai budaya, dan pengelolaan institusi. Sehingga di Aceh, prinsip ini bisa diterapkan dengan mendorong partisipasi masyarakat dalam merancang ruang publik agar sesuai dengan budaya lokal, dan meningkatkan kapasitas pemerintah dalam mengelola dan menjaga ruang publik. Misalnya, dengan melibatkan masyarakat dalam desain taman kota, ruang bermain anak, serta area berkumpul untuk kegiatan keagamaan atau kebudayaan.

Aceh dapat mengambil pelajaran dari Jeddah, dengan fokus pada pengelolaan ruang publik yang lebih dinamis dan berakar pada budaya lokal, serta melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk menciptakan ruang yang relevan bagi warga. Mengadopsi kebijakan desain perkotaan yang holistik dapat menjadi solusi bagi Aceh untuk menghadapi tantangan modernisasi tanpa kehilangan identitas lokalnya.

Tantangan dalam Menjaga Identitas Budaya Lokal.


Namun, modernisasi ruang publik juga menghadirkan tantangan dalam menjaga keaslian budaya lokal Aceh. Dimana banyak ruang publik yang mengadopsi gaya arsitektur modern dengan sentuhan budaya lokal, hal ini memicu kritik bahwa identitas Aceh mulai tergerus. Beberapa ruang publik kini lebih sering digunakan untuk kegiatan komersial seperti bazar atau festival produk, yang terkadang mengesampingkan nilai-nilai budaya asli. Aceh sebagai daerah yang menerapkan syariat Islam, desain dan fungsi ruang publik harus sesuai dengan nilai-nilai agama. Namun, beberapa ruang publik masih memicu perdebatan terkait penerapan norma ini.

Transformasi ruang publik di Aceh mencerminkan upaya menjaga keseimbangan antara modernitas dan budaya lokal. Meskipun modernisasi membawa banyak manfaat, perhatian terhadap pelestarian identitas budaya tetap menjadi prioritas. Dengan harmonisasi yang tepat, ruang publik di Aceh dapat menjadi wadah interaksi sosial yang mencerminkan keunikan dan kekayaan budaya daerah tersebut.

Tag

error: Content is protected !!