Peran Pemuda Aceh Menjaga Warisan Perdamaian dan Mensukseskan Asta Cita

Peran Pemuda Aceh Menjaga Warisan Perdamaian dan Mensukseskan Asta Cita

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp MediaKontras.ID

 

Refleksi Seminar Hari Sumpah Pemuda ke-97

Oleh : Assoc. Prof. Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA. (Abu Chik Diglee).

MediaKontras.id | Yayasan Jaringan Aneuk Syuhada Aceh (JASA) Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Kota Langsa mengadakan seminar di Gedung Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Langsa, dengan tema Peran Pemuda Aceh Menjaga Warisan Perdamaian Dan Mensukseskan Asta Cita, Senin, 20 Oktober 2025.

Kebetulan salah satu dari tiga narasumber dalam seminar tersebut adalah penulis sendiri. Di dalam seminar tersebut, penulis sebagai narasumber dan sekaligus akademisi pascasarjana IAIN Langsa, menyampaikan beberapa pokok pikiran penting untuk diketahui oleh para pemuda Aceh secara khusus dan untuk masyarakat Aceh pada umumnya.

Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada hari Minggu tanggal 28 Oktober 1928 adalah hasil dari keputusan Kongres Pemuda ke-2 di Jakarta, yang diselenggarakan oleh para pemuda bangsa Indonesia pada tanggal 27-28 Oktober 1928.

Ikrar Sumpah Pemuda berisi penetapan jati diri bangsa Indonesia dan merupakan salah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar Sumpah Pemuda ini, merupakan bentuk pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia oleh para pemuda dan pemudi di Indonesia, dengan pernyataan janji Satu Tanah Air, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa, yaitu Indonesia.

Masih kata, Ustadz Zulkarnain, Aceh sebagai salah satu urat nadi perjuangan kemerdekaan Indonesia, tentunya berperan serta dalam Ikrar Sumpah Pemuda tersebut. Adapun utusan tunggal pemuda Aceh yang turut hadir dalam Kongres Pemuda Indonedia ke-2 di Jakarta tersebut adalah Teuku Nyak Arief.

Teuku Nyak Arief dari Aceh mewakili semangat Persatuan seluruh pemuda Aceh pada masa itu. Dan sepulangnya dari Kongres Pemuda ke-2 di Jakarta serta telah usai mengikuti Ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 di Jakarta, maka Teuku Nyak Arief menginspirasi lahirnya Pemuda Persatuan Ulama Seluruh Aceh dan Pemuda Sarekat Islam di Aceh.

Tampak para pemateri dan ketua Panitia dalam seminar yang digagas oleh Jaringan Aneuk Syuhada (JASA) dengan mengusung tema “Peran Pemuda Aceh dalam menjaga perdamaian Aceh menuju Aceh yang sejahtera dan bermartabat serta mendukung Asta Cita”, berfoto bersama, di Gedung KNPI Kota Langsa, Senin, 20 Oktober 2025. Foto/Rapian.

Tidak hanya itu, Teuku Nyak Arief sebagai pemuda Aceh pada saat itu, juga berperan menyuarakan aspirasi nasionalisme dan persatuan Indonesia serta menentang kebijakan kolonial Belanda. Di samping itu, kepulangan Teuku Nyak Arief dari Kongres Pemuda Ke-2 juga menginspirasi lahirnya Korps Tentara Pelajar Aceh dan menumbuhkan tekad yang kuat untuk senantiasa mewariskan semangat Sumpah Pemuda dari satu generasi kepada generasi berikutnya.

Selanjutnya, penulis yang juga sebagai narasumber dari kalangan akedemisi dalam seminar tersebut, sangat berpengharapan agar para pemuda Aceh dan masyarakat Aceh secara keseluruhan hendaknya menjaga warisan perdamaian Aceh dengan sungguh sungguh dan istiqamah.

Kurang lebih sudah 20 tahun damai Aceh dalam bingkai NKRI telah dirajut sejak pertama kali Nota Kesepakatan Damai antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka ditandatangani pada hari Senin tanggal 15 Agustus tahun 2005 di Helsinki – Finlandia.

Dalam nota kesepakatan Damai Aceh tersebut, ada komitmen menyelesaikan konflik Aceh secara damai dalam bingkai NKRI secara menyeluruh, berkelanjutan, dan bermartabat bagi masyarakat Aceh. Perdamaian Aceh yang merupakan warisan bersejarah dari 20 tahun yang silam itu, harus dijaga dan dirawat oleh para pemuda Aceh.

Karena perdamaian Aceh yang telah disepakati di Helsinki itu, adalah capaian yang mulia dan penuh pengorbanan. Dan perdamaian itu terwujud sebagai rahmat dari Allah Swt melalui jalan panjang penuh onak dan duri. Perdamaian Aceh dicapai setelah menempuh 5 putaran perundingan yang memakan waktu secara maraton kurang lebih selama delapan bulan.

Perundingan perdamaian Aceh mulai berlangsung pada hari Kamis tanggal 27 Januari 2005 sampai dengan ditandatangani dan diikrarkan perdamaian Aceh pada hari Senin tanggal 15 Agustus tahun 2005 di Helsinki. Langkah perundingan Damai Aceh dimulai pada hari Kamis, hari dimana umat Islam disunatkan berpuasa dan diikrarkan perdamaian Aceh di hari Senin, hari dimana Nabi Muhammad Saw dilahirkan dan juga sekaligus hari dimana umat Islam terbiasa puasa sunnat. Itu artinya hari Perdamaian Aceh adalah hari yang penuh berkah dan bernilai sakral serta bukan sesuatu yang profan.

Oleh karenanya, para pemuda Aceh harus terus tetap merawat dan menjaga warisan perdamaian Aceh secara sungguh sungguh, optimal dan istiqamah. Pada sisi yang lain, para pemuda Aceh diharapkan untuk mensukseskan Asta Cita (Delapan Cita Cita atau Tujuan) dari Bapak Presiden Prabowo Subianto di dalam pemerintahannya.

Melalui sinergisitas antara Aceh sebagai daerah provinsi dengan pemerintah pusat, maka akslerasi ( percepatan ) untuk memakmurkan dan mensejahterakan Aceh yang bermartabat dan berkeadilan, lebih bisa secepatnya digapai oleh seluruh masyarakat Aceh.

Aceh harus harus menjaadi daerah yang paling produktif, paling sejahtera, dan masyarakatnya harus benar benar hidup dalam kemakmuran yang mulia dan bermartabat. Aceh kedepannya harus menjadi provinsi dan daerah terdepan dalam berbagai sektor kemajuan di era mendatang.

Aceh dengan Asta Cita Pemerintahan Bapak Presiden Prabowo, harus segera terentaskan dari nomenklatur kemiskinan. Dan Aceh di era mendatang harus lebih menjadi daerah ternyaman, teraman, penuh kedamaian dalam kemakmuran yang berkeadilan.

Dengan terawatnya perdamaian Aceh, khususnya oleh pemuda Aceh, maka Aceh akan terus menjadi daerah yang aman ( بلدا امنا ) seperti yang diungkapkan al Qur’an dalam do’a nabi Ibrahim,as yang tercantum di dalam surat al Baqarah, ayat, 126 berikut ini : رب اجعل هذا بلدا امنا وارزق اهله من الثمرات من امن منهم بالله واليوم الاخر Artinya, Ya Allah jadikanlah negeri ini negeri yang aman dan anugrahkan kepada penduduknya rezeki buah buahan (kemakmuran dan kesejahteraan) yaitu orang orang yang mereka beriman kepada Allah dan hari akhir.

Selanjutnya, di dalam surat Ali Imran, ayat 103 Allah Swt juga berfirman واعتصموا بحبل الله جميعا و لا تفرقوا Artinya, Berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali agama Allah (syari’at Islam ) dan janganlah kamu sekalian berpecah belah. Di dalam ayat ini, ada dua hal penting, Pertama, Perintah Allah Swt agar orang beriman berpegang teguh dan mengamalkan ajaran atau syari’at Islam.

Kedua, Larangan dari Allah Swt kepada orang yang beriman agar jangan berpecah belah. Orang yang beriman harus menjaga persatuan dan kesatuan umat. Dengan mengamalkan ajaran dari Allah Swt tersebut, umat Islam secara keseluruhan akan tetap eksis dalam kemulian dan kesejahteraan yang berkeadilan.

Sinergisitas daerah Aceh dan pemerintah pusat dan peran serta para pemuda Aceh dalam mensukseskan Asta Cita Pemerintahan Bapak Presiden Prabowo, akan menjadikan Aceh dalam bingkai NKRI dan NKRI secara keseluruhan menjadi negeri yang Baldatun Thayibatun wa Rabbun Ghafur atau menjadi negeri yang Gemah Ripah Loh Jinawi, murah sandang, murah pangan, murah papan.

Dalam kontek Aceh kekinian dan Aceh di masa mendatang, peran pemuda menjadi sangat penting dan strategis. Pemuda Aceh tidak hanya sebagai penerima warisan damai Aceh, namun juga sebagai pelaku utama dalam merawat, memperkuat, dan menyebarluaskan nilai nilai perdamaian di tengah masyarakat.

Pada sisi yang lain, Pemerintah Pusat telah menetapkan Asta Cita sebagai delapan arah kebijakan strategis pembangunan nasional yang mencakup peningkatan kualitas SDM, tranformasi ekonomi, digitalisasi, tata kelola pemerintahan, dan pemerataan pembangunan.

“Untuk mensukseskan Asta Cita tersebut, peran generasi muda Aceh menjadi sangat penting dan signifikan dalam mewujudkan agenda nasional yang terkandung di dalam Asta Cita tersebut. Selanjutnya harus dipahami, bahwa pemuda Aceh memiliki dua peran pokok, yaitu sebagai penjaga dan perawat perdamaian dan sekaligus sebagai penggerak pembangunan, agar Asta Cita dapat terwujud secara nyata dan berkesinambungan di Aceh,” kupas Ustadz Zulkarnain.

Terakhir, seminar ditutup dengan deklarasi pemuda Aceh yang berisi 5 pernyataan sebagai berikut :
1. Kami pemuda Aceh Kota Langsa siap menjaga perdamaian Aceh dalam bingkai NKRI.
2. Kami pemuda Aceh meminta kepada Pemerintah Aceh dan Pusat untuk dapat menjalankan Perintah UU PA agar dapat mewujudkan perdamaian Aceh yang lebih sempurna.
3. Kami mendukung penuh Program Pemerintah Pusat melalui ASTA CITA. 4. Kami menolak segala bentuk provokasi yang dapat merusak perdamaian serta menghambat pembangunan Aceh dan kesejahteraan Aceh.
5. Kami mendukung pemerintah Aceh dalam mendorong ekonomi Aceh dengan mengundang investor untuk membangun industri di Aceh agar dapat mengurangi pengangguran di Aceh.

Deklarasi ditetapkan di Langsa pada hari Senin, tanggal 20 Oktober 2025 oleh Pemuda Aceh Bersatu. Semoga Damai Aceh dalam bingkai NKRI terus mengabadi dalam kemakmuran yang mensejahterakan, berkeadilan, dan bermartabat. Aceh mulia NKRI semakin jaya. Bravo Pemuda Aceh. Wallahua’lam. [ian]