Prodi SPI IAIN Langsa Gelar Kuliah Tamu Bahas Jejak Digital Peradaban Islam

Prodi SPI IAIN Langsa Gelar Kuliah Tamu Bahas Jejak Digital Peradaban Islam

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp MediaKontras.ID

Mediakontras.Id | Langsa – Program Studi Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Langsa mengadakan Kuliah Tamu bertajuk “Jejak Digital Peradaban: Melawan Hoaks dan Disinformasi Sejarah Islam di Era Modern” pada Rabu (1/10/2025), di Aula RKT IAIN Langsa.

Acara yang dihadiri dosen dan mahasiswa ini dibuka oleh Dr. Amiruddin, MA, Wakil Rektor I IAIN Langsa mewakili Rektor. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa pemahaman jejak digital sangat penting untuk mengantisipasi distorsi peradaban Islam.

“Peradaban Islam kini memasuki ruang digital. Bila tidak diantisipasi, hoaks dan disinformasi akan merusak memori kolektif umat. Karena itu, mahasiswa harus menjadi garda depan dalam melawan distorsi sejarah,” tegas Dr. Amiruddin.

Hadir sebagai narasumber utama, Prof. Dr. Hasan Sazali, MA (Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sumatera Utara). Dalam paparannya, ia menekankan pentingnya peran media sebagai penjaga memori kolektif serta pembentuk kesadaran sejarah.

“Media massa bukan sekadar saluran informasi. Ia berfungsi sebagai penjaga ingatan sejarah umat dan pembentuk kesadaran nilai-nilai peradaban. Karena itu, kearifan lokal dan adat istiadat juga harus ditonjolkan agar tidak hilang di tengah arus digitalisasi,” jelas Prof. Hasan.

Acara yang dimoderatori oleh Dr. Muslem, MA, Ketua Prodi SPI IAIN Langsa ini turut dihadiri Dr. Mawardi, M.Si selaku Dekan FUAD IAIN Langsa. Ia mengapresiasi kegiatan ini sebagai bagian dari upaya memperkuat literasi digital mahasiswa, khususnya dalam melestarikan sejarah dan peradaban Islam di tengah tantangan global.

Diskusi berjalan interaktif. Mahasiswa tampak antusias mengikuti materi dan mengajukan pertanyaan seputar peran generasi muda dalam melawan hoaks sejarah di era digital.

Melalui kegiatan ini, Prodi SPI IAIN Langsa berharap mahasiswa tidak hanya memahami sejarah Islam dari sisi akademik, tetapi juga mampu menjadi pelopor dalam meluruskan informasi sejarah yang beredar di ruang publik digital.[●]

Topik