Tukang Sol Sepatu, Potret UMKM Mikro di Kota Petrodolar

Dok: Junaidi Jasa Sol Sepatu, Jln. Perdagangan Kec. Banda Sakti. Foto: Rizki.

Tukang Sol Sepatu, Potret UMKM Mikro di Kota Petrodolar

Dok: Junaidi Jasa Sol Sepatu, Jln. Perdagangan Kec. Banda Sakti. Foto: Rizki.

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp MediaKontras.ID

Lhokseumawe, MediaKontras.id | Jari-jari Junaidi tampak begitu lihai menari di atas kulit sepatu lusuh titipan pelanggan. Dengan jarum dan benang nilon ia menembus menyulam sepasang sepatu hingga kembali kokoh. Dibalik setiap jahitan, tersimpan kisah seorang ayah berjuang demi keluarganya.

Junaidi (43) warga Desa Kandang, Kec. Muara Dua. Pria yang akrap disapa oleh warga Cek Din, sudah menekuni peerjaannya sudah belasan tahun, dari sebuah kontainer pemberian orang dermawan di area lapak jalan perdagangan, Kec. Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, ia berprofesi sebagai tukang Sol ( Penjahit-Red) sepatu dan sendal. Setiap hari cek din menunggu pelanggan datang. Dari kontainer sederhana itu pula, ia menafkahi istri dan dua orang anaknya yang sedang mengenyam pendidikan di kampus ternama di Kota Lhokseumawe.

“Soal rezeki Allah yang atur, tugas kita hanya berusaha. Selama masih ada tenaga saya akan terus berkerja,” lirihnya, tanpa mengakat pandangan dari sepatu yang ia sol dengan sibuk.

Sehari-hari, penghasilan nya tidak menentu, sekitar Rp15 ribu, hingga Rp30 ribu. Namun uang kecil itu cukup menghidupi keluarganya, hingga menyekolahkan anaknya, saat ini ia mampu menghantarkan putri sulungnya ke bangku kuliah. Dari hasil jerihnya bahkan berputar kembali ke pedangan lainnya. Ia membeli benang, jarum, kebutuhan lainnya di warung sekitar. Dari lingkaran sederhana itu. Roda ekonomi rakyat tetap bergerak.

”Alhamdulilah penting berkah, penting ada penghasilan,” jelasnya sambil tersenyum mengenyam tapak sendal yang mulai aus.

Foto: Kontainer Sederhana Milik Junaidi Jasa Sol Sepatu. Dok: pribadi.

Bagi warga menengah kebawah keberadaan tungka sol seperti cek din adalah penyelamat. Mereka tidak perlu membeli sepatu baru, cukup memperbaiki sepatu lama dengan biaya yang terjangkau. Hal ini membuat daya beli tetap terjaga, sekaligus meringankan beban hidup di tengah tekanan ekonomi.

Menurut data yang di himpun oleh Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan UMKM Kota Lhokseumawe, yang di langsir dari portal resmi pemko Lhokseumawe, pada hari Selasa (09/09/2025). Saat ini terdapat 6.848 unit UMKM dikota Lhokseumawe. Dari jumlah tersebut, sebanyak 6.438 unit dalam kriteria kecil, dan 60 unit untuk kriteria menengah. UMKM ini tersebar di berbagai sektor strategis seperti perdagangan, pertanian, industri, perikanan, tranportasi, hingga pertenakan.

Dalam konteks ini, cek din termasuk dalam kategori mikro yang menopang ketahanan ekonomi daerah. Usahanya mungkin sederhana, namun perannya nyata memberi akses jasa murah. Membuka lapangan kerja mandiri dan menjaga uang tetap berputar di tingkat lokal.

Dengan memperpanjang usia sepatu, masyarakat tidak perlu membeli barang impor. Untuk itu uang tidak lari keluar daerah artinya bisa menghidupi pedangan pemasok, hingga sektor informal lainya.

Menurut Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam ( FEBI) UIN Sultanah Nahrasiyiah Lhokseumawe Dr. Taufik Mahmud MA. menilai pemerintah harus lebih serius memberikan perhatian kepada sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Khususnya pada pedangan kaki lima (PKL) jasa sol sepatu.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam ( FEBI) UIN Sultanah Nahrasiyiah Lhokseumawe Dr. Taufik Mahmud MA. Foto: Pribadi.

Ia menegaskan, kondisi konsumen jasa sol sepatu cenderung memilih lokasi dekat pasar tradisional, karena itu, dalam aspek penataan harus memperhitungkan alur pergerakan konsumen, bukan sekedar kebijakan administratif.

”UMKM memiliki potensi besar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah, tinggal diberikan training agar lebih bermutu dan juga berdampak peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun hingga kini pemerintah masih lemah dalam aspek penataan dan aksesibilitas”. Pungkas dosen FEBI UIN Sultanah Nahrasyiah Lhokseumawe kepada MediaKontras.id, pada hari Senin. (09/09/2025).

Sesekali cek din memindahkan perkakasnya kebawah kolom mejanya, ditepi jalan. Di sana, ia tetap tekun menjalani usaha menjahit alas kaki merajut dengan seutas tali nilon berbekal jarum jahit terlihat di tangannya begitu terampil.

Siang itu suasana bagi warga melintas di jalan Perdagangan terlihat lengang, sorot matanya sesekali melirik ke warga yang berlalu lalang dengan slogan pioh-pioh (singgah-singgah) sambil menyapa warga, ia sesekali menawarkan jasanya pada yang melintas.

Junaidi seorang jasa reparasi sepatu, tampak serius memperbaiki sepatu pelanggan di Jalan. Perdagangan Kec. Banda Sakti/ foto: Rizki.

Lhokseumawe dulu dikenal sebagai kota petrodolar. Namun, ketikan ekonomi daerah tidak semegah masa lalu, banyak warga bertahan lewat usaha kecil dan sektor informal, dari gerobak kontainer cek din tetap menjahit, bukan hanya sepatu dan sandal, tapi juga harapan.

Dari kursi kayu yang dirombaknya, ia terus berkerja dari setiap sepatu yang lusuh yang ia jahit, lahirlah bukan hanya karya kecil, tetapi juga kekuatan yang menopang roda ekonomi keluarga kecilnya agar terus berputar, meski pelan namun penuh makna.

Kisah cek din menjadi potret bahwa di balik angka-angka UMKM ada wajah seorang ayah yang berjuang. Bahwa sektor mikro bukan sekedar data statistik, melainkan denyut nadi ekonomi lokal yang membuat kota Lhokseumawe tetap hidup, meski tak lagi bergelimang petrodolar. (Rzk)