Capek Sama Mental Sendiri? Ini Cerita yang Mungkin Kamu Butuh Dengar

Capek Sama Mental Sendiri? Ini Cerita yang Mungkin Kamu Butuh Dengar

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp MediaKontras.ID

Mental health itu tricky.

Ada momen di hidup kita di mana segalanya terasa berat. Kamu udah berusaha sebaik mungkin, tapi di depan cermin, kamu cuma lihat sosok yang penuh kekurangan. Otak kamu nggak berhenti mengulang mantra toxic, ‘Aku nggak cukup baik, aku nggak cukup cantik, aku nggak cukup segalanya’.

Di tengah keramaian, suara orang lain cuma jadi bising yang bikin kamu tambah tenggelam. Dan yang lebih menyakitkan? Nggak ada yang benar-benar ngerti.

Mental Itu Nggak Pernah Kelihatan, tapi luka Itu nyata kadang orang lihat kamu tersenyum, bercanda, bahkan sesekali terlihat bahagia. Tapi deep down, ada suara kecil yang terus-terusan bilang: “Kamu nggak cukup.”

Kamu ngerasa udah usaha buat jadi versi terbaik diri kamu, tapi kenapa rasanya tetap kalah sama ekspektasi, sama pikiran kamu sendiri?

Mental health itu tricky. Luka fisik bisa kelihatan, tapi luka mental? kamu bahkan nggak tahu cara ngejelasinnya ke orang lain.

Cermin, teman atau musuh?
Ada hari di mana kamu cuma pengen bercermin, berharap lihat progress dari usaha kamu selama ini. Tapi yang kamu lihat malah kritik tanpa henti.


“Kok aku gini banget sih?”
“Kenapa aku nggak bisa kayak dia?”

Padahal, kamu nggak sadar kalau cermin itu nggak pernah jahat. Yang jahat adalah standar yang kamu bikin sendiri. Dan sayangnya, standar itu sering nggak realistis.

Berjuang Buat Diterima, tapi Selalu Kalah Sama Pikiran kamu berusaha mati-matian biar diterima orang lain. Mungkin kamu mikir, “Kalau aku lebih baik, mungkin mereka bakal lihat aku.” Tapi faktanya, kamu terus bertanya:
“Kenapa aku tetap nggak cukup?”
“Apa aku nggak pantas buat mereka?”

Truth is: Masalahnya bukan kamu nggak cukup. Tapi kadang, kamu terlalu keras sama diri sendiri. Dan orang lain nggak selalu bisa ngerti perjuangan yang kamu lewatin.

Baca Juga:  Festival Langsa Promotion Fest Ajang Kebangkitan Ekonomi Dan Seni

Bunyi bising yang menyesakkan
Ada kalanya kamu cuma pengen ruang tenang, tempat di mana kamu bisa bernapas tanpa merasa diawasi. Tapi kenyataannya, suara-suara di sekitar malah makin menambah beban.

Dan yang lebih menyakitkan? Bukan suara orang lain, tapi suara di kepala kamu sendiri yang bikin sesak. It’s like fighting a battle no one else can see, and you’re the only soldier in the war.

Untuk kamu yang lagi capek sama diri sendiri beruntunglah kalau kamu punya seseorang yang benar-benar menerima keadaan kamu. Tapi kalau nggak ada? Kamu harus jadi orang itu buat diri kamu sendiri.

Karena percaya deh, no one is coming to save you. Kamu harus jadi pahlawan buat diri kamu sendiri. Pelan-pelan belajar untuk berdamai. Bukan buat memenuhi ekspektasi orang lain, tapi biar kamu nggak lagi terlalu keras sama diri kamu.

Jangan takut cerita, meski rasanya mustahil kadang cerita itu susah, karena kamu mikir nggak ada yang benar-benar ngerti apa yang kamu rasain. Tapi coba cari. Entah itu teman, keluarga, atau bahkan profesional.

Karena satu hal yang perlu kamu ingat:
Luka kamu valid. Rasa capek kamu valid. Perjuangan kamu juga valid, dan kamu layak untuk dapat bahagia.

Kamu nggak perlu sempurna buat diterima. Kadang, yang perlu kamu lakukan cuma berhenti sebentar, tarik napas, dan bilang ke diri sendiri:
“Kamu udah cukup baik. Kamu layak dicintai. Dan yang paling penting, kamu harus belajar mencintai diri sendiri dulu.”

Jadi, kalau kamu lagi capek sama mental kamu sendiri, ingat ini: kamu nggak sendiri, dan kamu pasti bisa lewatin ini. Pelan-pelan aja, nggak apa-apa.

Penulis: Davianwijya.

Tag

error: Content is protected !!