Opini: Thaipusam Pengorbanan, Spiritualitas, dan Identitas Tamil di Medan

Opini: Thaipusam Pengorbanan, Spiritualitas, dan Identitas Tamil di Medan

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp MediaKontras.ID

Oleh: Suzi Laras Ayu
Mahasiswi Antropologi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe

Setiap tahun, masyarakat Hindu Tamil di Medan menyelenggarakan Thaipusam – ritual keagamaan yang penuh warna, energi, dan makna spiritual yang mendalam. Bagi sebagian masyarakat luar, prosesi ini tampak unik bahkan ekstrem, karena melibatkan aksi seperti menusukkan benda tajam ke tubuh dan memikul kavadi dalam prosesi panjang. Namun bagi para penganutnya, ini adalah bentuk nazar, pengorbanan suci, dan pernyataan iman kepada Dewa Murugan.

Dalam ritual Thaipusam, setiap peserta membawa cerita. Ada yang berpartisipasi sebagai bentuk syukur karena telah sembuh dari penyakit. Ada pula yang menjalani ritual ini demi keselamatan keluarga, keberkahan rezeki, atau sebagai pelunasan janji spiritual. Di balik rasa sakit fisik yang terlihat, ada ketenangan batin dan kebulatan tekad. Ini adalah perjalanan spiritual yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan logika biasa.

Sebagai mahasiswa antropologi, saya melihat Thaipusam bukan hanya sebagai ritual keagamaan, tetapi juga sebagai proses sosial dan kultural yang kompleks. Konsep liminalitas dari antropolog Victor Turner sangat relevan di sini. Turner menjelaskan bahwa dalam fase ritual tertentu, individu meninggalkan identitas lamanya dan masuk ke dalam kondisi “ambang” yang membuka ruang bagi transformasi diri. Peserta Thaipusam berada dalam kondisi ini: mereka mengosongkan diri dari beban duniawi, menghadapi rasa sakit, dan keluar dari ritual dengan semangat baru, lebih kuat secara spiritual.

Namun yang paling menyentuh dari Thaipusam adalah kekuatan kebersamaan yang muncul dari prosesi ini. Dalam ritual ini, tidak ada sekat antara kaya dan miskin, tua dan muda. Semua berjalan bersama, memikul kavadi, berdoa, dan mendukung satu sama lain. Inilah yang disebut Victor Turner sebagai communitas – rasa solidaritas tanpa hierarki yang lahir dari pengalaman spiritual bersama.

Dalam konteks kota Medan yang multikultural, Thaipusam juga menjadi simbol perlawanan terhadap pengikisan identitas budaya. Komunitas Tamil menggunakan momen ini untuk memperkuat jati diri, memperkenalkan nilai-nilai leluhur mereka kepada generasi muda, dan memperlihatkan eksistensi mereka kepada masyarakat luas. Ini bukan sekadar ritual agama, tapi juga pernyataan kultural yang kuat: bahwa mereka masih ada, hidup, dan berakar di tanah ini.

Ritual ini juga berdampak pada sektor ekonomi lokal. Selama perayaan berlangsung, kita bisa melihat banyak pedagang menjajakan makanan khas Tamil, perlengkapan ritual, dan berbagai kebutuhan lainnya. Prosesi ini menjadi peluang ekonomi yang turut menghidupkan denyut pasar lokal. Inilah bentuk lain dari harmoni antara spiritualitas dan kehidupan sehari-hari.

Namun demikian, masih ada tantangan yang dihadapi. Sebagian masyarakat mungkin belum memahami makna Thaipusam secara utuh, dan melihatnya dengan kacamata stereotip atau bahkan prasangka. Oleh karena itu, edukasi lintas budaya sangat penting. Media, lembaga pendidikan, dan pemerintah daerah dapat berperan memperluas pemahaman bahwa Thaipusam adalah bagian sah dari kekayaan budaya kita, dan patut dihargai sebagaimana tradisi-tradisi lokal lainnya.

Sebagai kota besar dengan sejarah keberagaman yang panjang, Medan memiliki modal sosial yang besar untuk menjadi contoh harmoni antarumat beragama dan antarbudaya. Perayaan Thaipusam adalah salah satu bukti bahwa kehidupan bersama yang damai dan saling menghormati adalah sesuatu yang nyata dan mungkin diwujudkan.

Akhirnya, Thaipusam bukan sekadar perayaan tahunan. Ia adalah ritual transformasi, pengorbanan, dan kebersamaan. Di tengah dunia yang semakin individualistik, Thaipusam mengajarkan kita pentingnya spiritualitas yang dijalani bersama. Bukan hanya untuk komunitas Hindu Tamil, tetapi untuk kita semua sebagai bagian dari masyarakat yang majemuk—yang seharusnya saling mengenal, memahami, dan menghargai.

Tag

error: Content is protected !!