(Lingkar Study Papua)
Setiap tanggal 26 April tentu Rakyat Bangsa Papua memperingati hari kematian seorang seniman progresif dari Papua, Bernama Arnold. C. Ap. Ia dikenal orang Papua tidak sekedar seniman yang mendirikan Grup Mambesak dan menghibur rakyat Papua melalui karya-karya musiknya.
Arnold C Ap dan kawan-kawannya melalui Grub Musik Mambesar menghadirkan semangat kepapuaan. Mereka hadir saat situasi operasi militer rezim Soeharto sedang menggema tidak hanya di Indonesia. Juga di Papua.
Mereka hadir memberi interupsi kepada alam pikir rakyat Papua yang sedang berada dibawa tekanan militer, situasi psikologis yang ikut kacau akibat represif dan pembantaian. Mereka hadir memberikan sinyal kepada setiap induvidu, marga, suku-suku di Papua bahwa “sejak dahulu anda adalalah manusia sejatih, yang sudah Merdeka sejak kau berkarya untuk dirimu dan sesame” melalui karya lagu dan music yang sangat dekat dengan lingkungan dan alam hidup setiap orang, marga, bahkan suku.
Oleh karena itu Ia diingat rakyat Papua. oleh karena itu juga menimbulkan ketakutan tersendiri bagi penguasa dan membunuhnya pada 26 April 1984 di Pantai Base G, holandia (kini Jayapura).
Pembunuhan terhadap Arnold ap telah menggambarkan siapa actor dibalik semua persoalan di Papua. Ia dibunuh oleh Kopassanda (kini Kopasus) berkepentingan atas pendudukan kolonialisme Indonesia di Papua. Tentu Sejarah Panjang pendudukan kekuasaan Indonesia Papua hanya untuk memberikan angin segar atas akses kapitalisme global di Papua.
Lantas rakyat Papua menyadari dan dapat berkesimpulan dari peristiwa pembunuhan Alm. Arnold AP, bahwa siapa dalang dibalik semua persoalan ini.
Dan karya dan semangat Mambesak di Tengah situasi operasi militer saat itu, untuk kita, telah meminggalkan satu pesan penting bahwa bangkit dan terus melawan tirani penindasan.
Lantas pada hari peringatan kematian Arnold C. AP yang ke 41 Tahun ini, Lingkar Study Papua (LSP) akan mediskusikan pamphlet (buku saku) karya Aliansi Mahasiswa papua (2022), buku tipis khusus mengorek apa sih yang menjadi spirit dari mambesak? Apa sih yang menjadi penyeimbang antara kelompok Musisi mambesak, vokalis, kelompok tifa, dan kelompok tari, dan juga para penelitih dan penerjemah lagu dari setiap daerah suku-suku di papua masing? Bagaimana semua yang terpisah-pisah ini bergerak dalam satu kesatuan di dalam “mambesak”?
Maka, bila persatuan itu bukan tentang kesamaan, bukan tentang satu warna, satu bentuk permanen, lantas bagaimana menemukan dan mendudukkan spirit mambesak di dalam semangat persatuan nasional?
Untuk mediskusikan pertanyaan-pertanyaan diatas ini, LSP mengundang anda pecinta dan penggemar mambesak, para Musisi yang sedang berkarya untuk negeri ini, juga semua kalangan, untuk hadir dalam Diskusi yang sedianya akan dilakukan pada:
Hari/tgl : Sabtu, 27 April 2025
Tempat : Halaman Kampus Uswim, Kalibobo Nabire
Waktu: Pukul 14.30 Waktu Nabire – Selesai
Demikian Seruan ini dibuat, sampe ketemu di aku dapat.
Hormat Kami
LSP
Sumber: Facebook Papua Berkisah.