Kontroversi Segel Kota Salem: Kesalahpahaman Sejarah atau Penghapusan yang Berlebihan?

Kontroversi Segel Kota Salem: Kesalahpahaman Sejarah atau Penghapusan yang Berlebihan?

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp MediaKontras.ID

Oleh: Dr Al Chaidar Abdurrahman Puteh Dosen Antropologi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh

Pemerintah Kota Salem saat ini sedang mempertimbangkan untuk menghapus segel kota yang telah lama digunakan, sebuah keputusan yang memicu perdebatan sengit dan menyulut kemarahan di kalangan sejarawan dan masyarakat lokal. Alasan di balik rencana penghapusan ini adalah tuduhan bahwa segel tersebut bersifat rasis karena dianggap menggambarkan seseorang berwajah Asia, khususnya Tionghoa. Namun, klaim ini dibantah keras oleh banyak pihak yang menyatakan bahwa sosok yang digambarkan dalam segel tersebut bukanlah orang Tionghoa, melainkan seorang pedagang dari Aceh, Indonesia, menjadikannya artefak sejarah penting yang merefleksikan masa lalu maritim Salem yang kaya.


Sejarah di Balik Segel
Segel Kota Salem menampilkan seorang pria yang mengenakan topi kerucut dan pakaian tradisional, sedang memegang sebuah peti. Selama bertahun-tahun, interpretasi populer seringkali mengaitkan sosok ini dengan pedagang Tionghoa, yang kemudian memicu kecaman atas dasar stereotip rasial. Namun, penelitian historis yang lebih mendalam menunjukkan bahwa asosiasi ini kemungkinan besar keliru.
Banyak sejarawan berpendapat bahwa sosok tersebut adalah representasi dari pedagang Aceh, yang berasal dari Kesultanan Aceh di Pulau Sumatra, Indonesia.

Salem memiliki sejarah perdagangan rempah-rempah yang kuat dengan Asia Tenggara pada abad ke-18 dan ke-19, dan Aceh adalah salah satu mitra dagang penting, terutama dalam komoditas lada. Para pedagang dari Aceh dikenal dengan pakaian dan topi khas mereka, yang sangat mirip dengan penggambaran pada segel kota.
Jika interpretasi ini benar, maka segel kota tersebut bukan hanya representasi artistik, melainkan sebuah artefak sejarah yang berfungsi sebagai pengingat visual akan koneksi global Salem. Ini adalah bukti nyata dari peran kota tersebut dalam perdagangan internasional dan interaksi budayanya dengan dunia Timur jauh sebelum globalisasi modern.


Perdebatan dan Implikasi
Keputusan untuk menghapus segel ini menimbulkan beberapa pertanyaan krusial:


•Interpretasi Sejarah vs. Sensitivitas Kontemporer: Apakah pemahaman saat ini tentang rasisme harus mengesampingkan keakuratan sejarah?


• Kehilangan Identitas Sejarah: Jika segel tersebut memang menggambarkan pedagang Aceh, menghapusnya berarti menghapus bagian integral dari identitas maritim dan multikultural Salem yang sesungguhnya.


• Pendidikan Publik: Alih-alih menghapus, apakah akan lebih baik untuk mendidik masyarakat tentang makna sebenarnya dari segel tersebut dan konteks historisnya?
Banyak pihak merasa bahwa keputusan penghapusan ini didasarkan pada kesalahpahaman dan kurangnya penelitian mendalam. Daripada langsung menghapus, ada seruan untuk melakukan diskusi publik yang lebih luas, melibatkan sejarawan, akademisi, dan perwakilan komunitas untuk memastikan bahwa setiap keputusan didasarkan pada fakta yang akurat dan pemahaman yang komprehensif tentang sejarah kota.


Melangkah Maju
Pemerintah Kota Salem kini dihadapkan pada dilema: apakah mereka akan melanjutkan penghapusan segel tersebut demi menghindari persepsi negatif, ataukah mereka akan mengambil kesempatan ini untuk mengoreksi narasi sejarah dan merayakan warisan multikultural mereka yang lebih kompleks dan akurat?


Masa depan segel kota Salem akan menjadi ujian bagaimana sebuah komunitas menyeimbangkan sensitivitas modern dengan tanggung jawab untuk melestarikan dan memahami masa lalunya yang unik. Mungkin sudah saatnya bagi Salem untuk tidak hanya melihat kembali sejarahnya, tetapi juga melihat lebih dekat, untuk mengungkap kebenaran yang lebih kaya dan lebih mendalam di balik simbol-simbolnya.