Dari Persembunyian ke Panggung Dunia: Maria Corina Machado dan Nobel Perdamaian 2025

Maria Corina Machado dipuji atas "perjuangannya untuk mencapai transisi yang adil dan damai dari kediktatoran menuju demokrasi" [Foto arsip: Januari 2025] Foto: Jesus Vargas/Getty

Dari Persembunyian ke Panggung Dunia: Maria Corina Machado dan Nobel Perdamaian 2025

Maria Corina Machado dipuji atas "perjuangannya untuk mencapai transisi yang adil dan damai dari kediktatoran menuju demokrasi" [Foto arsip: Januari 2025] Foto: Jesus Vargas/Getty

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp MediaKontras.ID

Komite Nobel Norwegia pada Jumat (10/10) menganugerahkan Hadiah Nobel Perdamaian 2025 kepada pemimpin oposisi Maria Corina Machado, tokoh oposisi terkemuka Venezuela. Penghargaan ini diberikan atas “kerja tanpa lelahnya dalam mempromosikan hak-hak demokratis dan perjuangannya melawan kediktatoran” di negara tersebut.

Machado, 58 tahun, saat ini hidup dalam persembunyian setelah pengadilan Venezuela melarangnya mencalonkan diri sebagai presiden pada 2024 untuk menantang Presiden Nicolas Maduro, yang telah berkuasa sejak 2013.

Ketua Komite Nobel, Jorgen Watne Frydnes, memuji Machado sebagai “juara perdamaian” yang berjuang menghadapi “cengkeraman kekuasaan yang kaku” di negaranya.

“Selama setahun terakhir, Machado terpaksa hidup dalam persembunyian. Meski menghadapi ancaman serius terhadap nyawanya, ia tetap memilih untuk berada di negaranya, sebuah keputusan yang menginspirasi jutaan orang,” ujar Frydnes dalam konferensi pers di Oslo.

Ia menambahkan bahwa ketika otoritarianisme berkuasa, penting bagi dunia untuk mengakui para pembela kebebasan yang berani dan konsisten melawan represi.

Latar Belakang Perjuangan Machado

Sebelum terjun ke dunia politik, Maria Corina Machado adalah seorang insinyur industri. Pada 1992, ia mendirikan Yayasan Atenea yang membantu anak-anak jalanan di Caracas. Sepuluh tahun kemudian, ia ikut mendirikan Sumate, organisasi pemantau pemilu yang memperjuangkan pemilihan umum bebas dan adil di Venezuela.

Pada 2010, Machado terpilih menjadi anggota Majelis Nasional dengan perolehan suara tertinggi. Namun, pada 2014, ia dikeluarkan dari jabatannya setelah mengkritik keras rezim Maduro. Sejak itu, ia memimpin partai oposisi Vente Venezuela, dan pada 2017 mendirikan aliansi pro-demokrasi Soy Venezuela.

Machado mengumumkan pencalonannya sebagai presiden pada 2023, tetapi pengadilan melarangnya maju. Posisinya digantikan oleh Edmundo Gonzalez, yang kemudian juga menghadapi tekanan dan penindasan berat dari aparat negara.

Menjelang pemilu, represi terhadap oposisi meningkat tajam, banyak kandidat didiskualifikasi, aktivis ditangkap, dan pelanggaran HAM meluas. Setelah Dewan Pemilu Nasional yang dikuasai loyalis Maduro menetapkan kemenangan Maduro, protes massal pecah di berbagai kota, menewaskan lebih dari 20 orang.

Sejak Januari 2025, Machado bersembunyi, sementara Gonzalez kini mendapat suaka politik di Spanyol setelah pengadilan Venezuela mengeluarkan surat penangkapan terhadapnya.

Pada 2024, keduanya menerima Penghargaan Sakharov dari Uni Eropa, sebagai pengakuan atas perjuangan mereka dalam memperjuangkan hak asasi manusia dan demokrasi.

Kontroversi dan Respons Internasional

Pengumuman penghargaan ini juga menarik perhatian karena bersamaan dengan klaim berulang Donald Trump, Presiden Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa dirinya seharusnya menerima Nobel Perdamaian atas inisiatifnya dalam gencatan senjata di Gaza.

Namun, Komite Nobel menegaskan bahwa keputusan sudah dibuat sebelum pengumuman kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera yang dimediasi oleh Trump.

“Komite kembali menunjukkan independensinya, bahwa mereka tidak akan dipengaruhi oleh opini publik atau pemimpin politik dalam memberikan penghargaan,” kata Halvard Leira, Direktur Riset di Norwegian Institute of International Affairs.

Leira menambahkan, penghargaan bagi Machado bukanlah penghinaan terhadap Trump, karena Amerika Serikat secara historis memang mendukung perjuangan oposisi demokratis di Venezuela

Simbol Demokrasi Global

Penghargaan Nobel Perdamaian 2025 untuk Maria Corina Machado dianggap sebagai simbol pengakuan internasional terhadap perjuangan rakyat Venezuela yang terus menuntut demokrasi dan kebebasan politik di tengah represi.

Meski hidup dalam ketidakpastian, Machado menyampaikan pernyataan singkat melalui akun media sosial yang dikelola timnya:

“Penghargaan ini bukan untuk saya, melainkan untuk seluruh rakyat Venezuela yang menolak menyerah dan terus percaya pada kebebasan.”

Dengan penghargaan ini, dunia kembali menyoroti kondisi hak asasi manusia di Venezuela serta perjuangan rakyatnya menuju demokrasi yang sejati.

Sumber: AP, AFP, dpa, Reuters