Opini: Islamisasi dan Integritas Ilmu Kembali ke Akar Kebenaran

Mahasiswa UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe, Imam Qusairi

Opini: Islamisasi dan Integritas Ilmu Kembali ke Akar Kebenaran

Mahasiswa UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe, Imam Qusairi

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp MediaKontras.ID

Oleh: Imam Qusairi

Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe.

Wacana islamisasi ilmu pengetahuan masih sering dipahami keliru. Ia dianggap sebagai ancaman terhadap sains modern atau upaya dominasi Islam atas dunia pengetahuan. Padahal, hakikat islamisasi justru mengembalikan integritas ilmu bahwa ilmu seharusnya berpijak pada nilai moral, tidak sekadar mengejar kepentingan praktis atau keuntungan duniawi.

Dalam perspektif Islam, ilmu adalah jalan untuk menemukan kebenaran dan menebar kemaslahatan. Prinsip rahmatan lil ‘alamin menegaskan bahwa pengetahuan harus memberi manfaat bagi seluruh alam. Karena itu, islamisasi hadir bukan untuk mengubah wajah ilmu menjadi ideologis, melainkan menegakkan kembali adab ilmu jujur, objektif, dan bertujuan mulia.

Saat ini, ilmu kerap dianggap netral dan bebas nilai. Konsekuensinya, ada penelitian yang dimanipulasi demi kepentingan tertentu, atau data yang digunakan untuk membenarkan agenda politik. Ketika etika terabaikan, dunia akademik akan kehilangan kepercayaan publik. Di sinilah islamisasi memainkan peran penting: menempatkan etika dan kejujuran sebagai fondasi pengetahuan.

Contoh praktik integrasi ilmu dapat ditemukan di sejumlah lembaga pendidikan Islam. Dayah Ummul Ayman di Samalanga, Aceh, misalnya, mengajarkan ilmu agama dan ilmu umum secara seimbang, dengan penekanan pada karakter dan disiplin belajar. Sementara itu, Universitas Al-Azhar di Mesir menunjukkan bahwa pendidikan Islam juga mampu melahirkan ilmuwan yang menguasai agama, sains, hingga sosial, tanpa meninggalkan nilai moral.

Sejarah pun membuktikan bahwa islamisasi, khususnya di Asia Tenggara, berlangsung melalui pendekatan damai perdagangan, dakwah, dan pendidikan. Tuduhan “Islamisasi Eropa” yang sering diberitakan lebih banyak bersumber dari ketakutan politis dan stereotip, bukan realitas akademik.

Pada akhirnya, islamisasi dan integritas ilmu adalah dua sisi yang saling menguatkan. Islamisasi memberikan nilai dan arah bagi pengetahuan. Integritas memastikan ilmu dijalankan secara jujur, terbuka, dan dapat dipertanggungjawabkan. Keduanya mengembalikan ilmu pada tujuan sejatinya menebar kebenaran dan kebaikan.

Ilmu yang beradab bukan hanya mendewasakan akal, tetapi juga memuliakan manusia dan peradabannya. Dan di situlah posisi islamisasi seharusnya berdiri sebagai upaya pemuliaan pengetahuan, bukan alat dominasi.