Prof Ismail Fahmi : Sepakat IAIN, MAA, PWI Menjaga Adat dan Akhlak

Rektor IAIN Langsa, Prof Ismail Fahmi, Ketua MAA, Mursyidin dan Ketua PWI, Putra Zulfirman beserta lainnya berfoto bersama usai gelaran diskusi Adat, di MAA Kota Langsa, Senin, 13 Oktober 2025. Foto/Rapian.

Prof Ismail Fahmi : Sepakat IAIN, MAA, PWI Menjaga Adat dan Akhlak

Rektor IAIN Langsa, Prof Ismail Fahmi, Ketua MAA, Mursyidin dan Ketua PWI, Putra Zulfirman beserta lainnya berfoto bersama usai gelaran diskusi Adat, di MAA Kota Langsa, Senin, 13 Oktober 2025. Foto/Rapian.

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp MediaKontras.ID

MediaKontras.id | Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Prof. Dr. H. Ismail Fahmi Arrauf Nasution, MA, menyimpulkan dan menyepakati tiga lembaga yang terdiri dari IAIN, MAA dan PWI tetap menjaga adat dan akhlak.

“Adat dan Akhlak merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari, karena adat dan Akhlak ini ibaratnya seperti saudara sekandung, namun bisa dibedakan,” ungkapnya saat Diskusi Adat dengan tema “Menjaga Adat Membentuk Akhlak” di ruang rapat MAA Kota Langsa, Senin, 13 Oktober 2025.

Masih katanya, orang yang beradat maka dia berakhlak, namun sebaliknya jika orang tidak menjaga adat maka bisa saja dia tak memiliki akhlak yang baik.

“Hal sederhananya, jika dia menjaga cara berpakaiannya sesuai dengan adat dan syariat Islam maka, bisa dipastikan akhlaknya baik pula,” jelasnya.

Prof Fahmi juga menjelaskan, misalnya di Aceh ada pepatah “Adat ngen hukom (Syariat Islam) lagee zat ngen sifeut”. “Orang yang ber-adat itu yang memiliki akhlak yang baik sesuai dengan syariat Islam,” ulasnya.

“Artinya, Adat dengan Hukum (Syariat Islam) seperti zat dan sifat. Ini adalah umpama yang saya sebutkan tadi, ‘Adat dan Akhlak dua hal yang tak bisa dipisahkan, tapi bisa dibedakan’,” ucapnya.

“Maka ber-adatlah sesuai dengan syariat Islam,” paparnya.

Dihari ini, sambungnya, dizaman sekarang masyarakat saat ini menghadapi tantangan yang besar. Karena banyak masyarakat saat ini belajar dari Media Sosial (Medsos) yang belum tentu valid sumbernya.

Sehingga, banyak guru besar, ulama, MAA ketika menyampaikan nasehat-nasehat dan petuah-petuah kerap tidak didengarkan lagi. Maka karena itu, ini harus menjadi perhatian bersama dengan memanfaatkan teknologi saat ini demi kebaikan umat.

“Kita harus bisa memanfaatkan teknologi saat ini untuk menyampaikan pesan-pesan Islami, Adat, dan Akhlak dengan platform Medsos yang sudah tersedia seperti sekarang ini,” pungkasnya.

Dalam diskusi adat selain menampilkan pemateri dari IAIN Kota Langsa bersama MAA Langsa dan PWI Kota Langsa yang tentunya dipandu oleh moderator keren yakni Dr Danil Putra Arisandy.

Sedangkan sebelumnya Wakil Rektor (Warek) I, IAIN Langsa, Dr. Amiruddin Yahya Azzawiy, menjelaskan bahwa kerjasama IAIN, MAA dan PWI Kota Langsa merupakan program Academic Partner dalam batch II yang digagas oleh IAIN Langsa dengan menghadirkan 40 peserta.

“Dengan adanya kerjasama yang bersifat berkelanjutan dalam rangka berkolaborasi lembaga dan hari ini berkolaborasi antara IAIN, MAA serta PWI Kota Langsa.

“IAIN hadir untuk bersinergi dan bagian membangun adat yang lebih baik tentunya di Kota Langsa ini,” papar Dr Amiruddin yang akrab disapa Dr Emi.

Selanjutnya, Ketua MAA Langsa, Drs. H. Mursyidin Budiman, mengatakan, secara De Facto Aceh itu sebagai daerah Istimewa dan secara De Juree, bahwa Aceh benar daerah yang Istimewa dan sudah diakui oleh Pemerintah Pusat.

“Aceh adalah daerah yang Istimewa, maka lahirlah MAA yang memiliki tugas sebagai pembina Adat, menjaga adat, dan mencerminkan Akhlak yang baik,” ujarnya.

Aceh, katanya, memiliki Adat yang istimewa. Namun, saat ini adat Aceh mulai redup dimakan zaman. Maka karena itu, kolaborasi ini menjadi penting demi menjaga adat Aceh.

Menurutnya, digitalisasi yang terus semakin maju saat ini justru semakin baik jika dimanfaatkan dengan baik pula.

“Dengan memanfaatkan digitalisasi yang semakin maju saat ini, tentu ini harus dimanfaatkan dengan baik, demi kebaikan umat kita,” ujarnya.

Peran pers, menurut H. Mursyidin, adalah sebagai pembawa pesan untuk semua orang. Maka, adat Aceh ini juga harus disampaikan dari tulisan-tulisannya.

“Selama ini MAA Langsa belum punya peran yang besar mensosialisasikan terkait adat. Alhamdulillah, saat ini MAA Langsa sudah memiliki website sendiri, semoga dengan adanya website ini bisa berkolaborasi dengan pihak PWI Langsa untuk bisa mensosialikan tentang adat-adat kita,” pintanya.

Sementara pemateri pamungkas, Ketua PWI Langsa, Putra Zulfirman, menjelaskan, persoalan Adat bukanlah persoalan saat ini, namun persoalan Adat adalah suatu hal yang membuat Aceh dan Indonesia bersatu menjadi NKRI.

Karena dalam Adat terdapat banyak hal dan nilai-nilai penting salah satunya nilai religius. Lantas, apa kaitannya nilai adat dan dunia Pers?

“Sejak zaman buya Hamka, media saat zaman dulu itu tidak banyak, namun pekerja pers terus mengobarkan nilai-nilai adat dalam tulisan-tulisannya,” jelasnya.

Dirinya pernah menulis tentang “Orang Aceh Kehilangan Identitas Keacehannya”. Karena tulisan itu, Putra mengaku kerap hujatan. Namun, apa yang ditulisnya itu fakta.

Justru ini menjadi Pekerjaan Rumah (PR) semua pihak, Putra mengatakan karena adat dan akhlak adalah hal yang harus disampaikan kepada masyarakat dengan memanfaatkan teknologi saat ini.

Semakin majunya zaman, maka pula harus semakin maju manusianya. “Adat dan akhlak tak pernah berubah, namun kitalah yang harus maju dengan memanfaatkan hal yang baik untuk masyarakat Langsa, khususnya Kota Langsa,” tukasnya.

Hadir selain Rektor, Wakil Rektor I, Kepala biro AUAK, unsur dosen dan tenaga kependidikan, pengurus MAA Kota Langsa dan jajaran punggawa PWI Kota Langsa dalam balutan yang humanis dan sebagai pemulia Jamee Rektor dan Ketua PWI di peusijeuk (tepung tawar). [ian].